
INI cerita tentang kekuatan pemasaran sebuah produk.
Dengan strategi pemasaran yang tepat, tas Aceh kini mendunia dan digandrungi di
luar negeri.
Adalah situs laga-handbags.com yang
kini menjual tas motif Aceh ke penjuru dunia. Situs yang dikelola dari
Amerika ini mengumumkan di websitenya bahwa tas yang dijual merupakan tas
buatan tangan oleh para perempuan yang selamat dari bencana tsunami. Di
situsnya mereka juga memajang cerita perempuan-perempuan Aceh yang selamat dari
bencana tsunami.
Disebutkan juga bahwa Laga Handbags bermula dari kedatangan Roy
can Broekhuizen ke Aceh setelah bencana tsunami. Roy ternyata kepincut pada
model tas motif Aceh. Dari sanalah kisah sukses Laga Handbags bermula.
Sebuah pencapaian besar terjadi pada April 2010. Pengelola tas
Laga Handbags masuk Oprah Show, sebuah acara televisi yang dipandu presenter
kenamaan Oprah Winfrey. Sejak itu, penjualan Laga Handbags melonjak drastis. Masuk Ofrah Winfrew Show, Tas Aceh Kian Mendunia
INI cerita tentang kekuatan pemasaran sebuah produk.
Dengan strategi pemasaran yang tepat, tas Aceh kini mendunia dan digandrungi di
luar negeri.
Adalah situs laga-handbags.com http://www.laga-handbags.com/yang
kini menjual tas motif Aceh ke penjuru dunia. Situs yang dikelola dari
Amerika ini mengumumkan di websitenya bahwa tas yang dijual merupakan tas
buatan tangan oleh para perempuan yang selamat dari bencana tsunami. Di
situsnya mereka juga memajang cerita perempuan-perempuan Aceh yang selamat dari
bencana tsunami.
Disebutkan juga bahwa Laga Handbags bermula dari kedatangan Roy
can Broekhuizen ke Aceh setelah bencana tsunami. Roy ternyata kepincut pada
model tas motif Aceh. Dari sanalah kisah sukses Laga Handbags bermula.
Sebuah pencapaian besar terjadi pada April 2010. Pengelola tas
Laga Handbags masuk Oprah Show, sebuah acara televisi yang dipandu presenter
kenamaan Oprah Winfrey. Sejak itu, penjualan Laga Handbags melonjak drastis. (Lihat: TAS ACEH MASUK ACARA OPRAH WINFREY SHOW)
Di situsnya, Laga Handbags memajang sejumlah tas motif Aceh.
Bentuknya mulai dari tas jinjing, ransel, hingga dompet. Mau tau berapa
harganya? Sebuah tas jinjing ukuran kecil dijual seharga $189 (setara Rp1,9
juta), ukuran sedang seharga $212 (setara Rp2,1 juta ) dan ukuran besar
seharga $232 atau setara (Rp2,3 juta). Padahal, di Aceh tas ini harganya tak
lebih dari Rp500 ribu.
Jadi, siapa bilang produk Aceh tak laku di pasar dunia?
Sosok Dibalik Mendunianya Tas Aceh
NAMANYA Roy van Broekhuizen. Pria berdarah Belanda itu
menghabiskan masa kecilnya di Indonesia. Tahun 1957, pada usia 9 tahun,
keluarganya angkat kaki dari Indonesia, termasuk ibunya yang asli Indonesia
Roy tak pernah berpikir akan kembali ke Indonesia. Namun,
bencana tsunami yang menghantam Aceh pada 26 Desember 2004, membuat Roy
terpanggil berbuat sesuatu. Ia pun datang ke Aceh
Dari sanalah kisah ini bermula. Roy datang ke Aceh membawa
bantuan dari Gereja Saddleback di Lake Forest, Amerika Serikat.
Sepanjang hidupnya Roy pernah menjadi musisi profesional dan
bergelut di dunia bisnis, termasuk restoran, catering, dan kontraktor bangunan.
Di Aceh, bencana tsunami membuat Roy mendapat
pengalaman berharga. “Semua orang Amerika harus pergi ke tempat seperti itu
untuk menghargai apa yang kita miliki,” kata Roy seperti dikutip ocregister.com
Istri Roy tertarik dengan tas buatan tangan tangan, dompet
border, dan asesoris motif Aceh. Ia bertemu sejumlah pengrajin. Louise pun
mengatakan bisa menjualnya di Amerika. Impiannya adalah memberikan nafkah bagi
1.200 korban tsunami.
“Dia punya keinginan agar bisa membantu. Kami kemudian membawa
beberapa dompet dan tas Aceh lalu menjualnya di Amerika."
Tak disangka, tas motif Aceh itu laku keras. Dari awalnya bisnis
sampingan, usaha itu kemudian menjadi bisnis utama Roy di bawah perusahan Laga
Designs International Inc di Irvine, Amerika. Semboyan yang digunakan: “Jika
anda membawa tas tangan, mengapa tidak membawa satu tas yang bisa membantu
membangun kehidupan?”
Laga Designs menjual tas Aceh melalui websitenya laga-handbags.com.
Harganya mulai dari $15 sampai $400 (setara sekitar Rp150 ribu – Rp4 juta).
Mereka juga menitipkan jualannya di 400 butik khusus, museum, dan toko
souvenir. Tas-tas itu diberi nama dengan istilah Indonesia. Ada yang
namanya tas Harapan, Sehat, Damai, Mulia dan lain-lain. Terakhir, Laga Handbags
juga memproduksi sarung iPad motif Aceh.
Roy yang mengaku tidak menggaji dirinya sendiri
untuk menjual tas itu mengaku telah mengirim $100 ribu (setara Rp1 milar) untuk
300 pengrajin tas di Banda Aceh pada 2009.
Tom Patty, seorang relawan konseling kelompok usaha yang
bekerjasama dengan Roy mengatakan,”yang paling menarik adalah bagaimana mereka
telah meningkatkan jaringan distribusi melalui pengecer, penjualan rumahan, dan
penjualan internet,” kata Patty. “Pada awalnya mereka kikuk, tapi kini mereka
bekerjasama dengan 400 toko dan ikut pameran.”
Puncaknya adalah ketika istri komedian Chris Rock, Malaak,
memamerkan tas itu di Oprah Show, acara televisi yang dipandu selebritis
bepengaruh, Oprah Winfrey. Itu terjadi pada 3 April 2010. Meski hanya sekejap,
namun kemunculan Laga Handbags di acara itu melejitkan pesanan melalui
websitenya.
Patty lalu menyarankan Roy agar membuat tulisan “Seperti anda
lihat di Oprah” untuk ditampilkan di toko-toko yang menjual tasnya.
Di websitenya, Roy juga memajang foto-foto sejumlah selebritis
Amerika memakai tas Aceh. Salah satunya adalah Pauley Perrette, artis serial
televisi Amerika yang juga seorang penulis.
Strategi itu terbukti ampuh. Penjualan tasnya kian meningkat.
Laga Handbags diliput banyak media. Mereka juga menjadikan jejaring sosial
seperti Facebook dan Twitter untuk ajang promosi.
“Hasilnya bukan untuk saya, kami hanya membuka pintu. Yang lebih
penting adalah untuk para pembuat tas dan mewujudkan tujuan istri saya membantu
1.200 korban tsunami.”
Menurut Roy, mereka memfasilitasi pelatihan bagi sejumlah
perempuan korban tsunami untuk memproduksi tas.
“Kata-kata tidak bisa mengungkapkan betapa gembiranya para
perempuan ini mengetahui bahwa Amerika dan dunia kini tahu apa yang mereka
lakukan.”
Dalam sebuah siaran persnya, Laga Handbags menyebutkan salah
satu yang merasakan manfaat dari tas yang mereka jual adalah seorang gadis Aceh
bernama Vina. Disebutkan, Vina mulai terlibat membuat tas setahun setelah
tsunami.
“Saya sudah memulai suatu
kehidupan baru dan mempunyai semangat baru dalam menjalani hidup, maka keluarga
saya akan melakukan hal yang serupa, khususnya ayah saya yang telah kehilangan
saudaranya serta keponaannya karena musibah tsunami,” kata Vina seperti dikutip
siaran pers itu.
“Kami berharap agar mampu memperluas misi kami dalam membantu
para korban musibah melalui misi saat ini untuk membantu para korban tsunami di
Indonesia. Ini hanya akan terjadi jika kita mampu menjual semua tas Aceh
tersebut berserta aksesoris lainnya yang mampu mendatangkan para konsultan
serta pedagang eceran lainnya,” ungkap van Broekhuizen.
“Setiap saat ketika anda membawa tas Laga Handbags, maka anda
telah memberikan sejuta harapan bagi mereka di Aceh.
Di situsnya, Laga Handbags memajang sejumlah tas motif Aceh.
Bentuknya mulai dari tas jinjing, ransel, hingga dompet. Mau tau berapa
harganya? Sebuah tas jinjing ukuran kecil dijual seharga $189 (setara Rp1,9
juta), ukuran sedang seharga $212 (setara Rp2,1 juta ) dan ukuran besar
seharga $232 atau setara (Rp2,3 juta). Padahal, di Aceh tas ini harganya tak
lebih dari Rp500 ribu.
Jadi, siapa bilang produk Aceh tak laku di pasar dunia?
Sumber : ATJEHPOST
Comments
Post a Comment